Penapelajarnu Saidah Sabri atau yang akrab dengan sebutan Ida adalah sosok perempuan inspiratif dalam pergerakan Nahdlatul Ulama. Ia lahir di Bangkalan pada 13 Juni 1994, tepatnya di Desa Kokop, Kec. Kokop. Saidah Sabri merupakan putri dari pasangan sederhana bapak Syamsul Bahri dan Ibu Syidah.
Sebagai sosok yang lahir dari kalangan orang biasa (petani), Saidah menjalani hidupnya sebagaimana kehidupan anak desa pada umumnya. Ia sekolah, ia mengaji dan bekerja guna memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti mengambil air atau mengambil pakan sapi sebelum atau setelah sekolah.
Sejak dini, Saidah Sabri sudah terbiasa dibangun dengan sifat kemandirian, berangkat dari tanggung jawab sebagai anak kedua dan pertama sebagai perempuan dari tiga bersaudara. Ia mengawali pendidikan di tanah kelahirannya.
Saidah sekolah Madrasah Diniyah di Yayasan Al-Hasani Sumber Tlokoh sekaligus menempuh pendidikan Dasar di SDN Tlokoh 1 dan melanjutkan pendidikan menengah di bawah naungan Yayasan Al-Baisuny hingga lanjut ke perguruan tinggi di Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Bangkalan. Hal tersebut berangkat atas bekal kemandirian yang telah dibangun sejak usia dini, serta keinginan kuat dan cita-cita yang tinggi untuk memajukan pendidikan di Kec. Kokop.
Semangat belajar dan talenta kepemimpinan yang ia miliki sejak dini, telah mengantarkan Saidah pada gerbong organisasi IPPNU. Saat usianya masih sekelas anak SMK, ia direkrut untuk mengikuti pengkaderan awal IPPNU (Makesta) di Bangkalan. Selang beberapa waktu dan atas inisiatif beberapa pemuda di Kec. Kokop yang saat itu berstatus sebagai mahasiswa melakukan musyawarah untuk keberlangsungan pendidikan di Kec. Kokop. Serta butuhnya wadah atau organisasi sebagai ruang diskusi untuk menampung para pelajar NU di Kec. Kokop.
Akhirnya pada kisaran 2009-2010 terbentuklah organisasi IPNU IPPNU di Kec. Kokop yang saat itu terpilih Alm. Salman Al-Farisi sebagai ketua IPNU dan Saidah Sabri sebagai ketua IPPNU. Dari situlah Saidah memulai pergerakannya dilingkungan Nahdlatul Ulama. Sebagai perempuan inspirator yang berangkat dari desa tentu tidak mudah untuk ia memiliki hak kebebasan dan kepercayaan dari orang tua dan lingkungannya. Di usianya yang masih sebagai pelajar SMK, ia memulai pergerakan di lingkungan sekolah, hingga kemudian menjaring anggota di setiap zona sampai desa. Dan terbentuklah beberapa ranting di Kec. Kokop, seperti PR Mano’an, Tlokoh dan Kokop.
Selain sebagai penggerak di lingkup kecamatan ia juga menjadi penggerak di lingkup Cabang atau Kabupaten. Tercatat masa kepemimpinan Saidah di Kec. Kokop periode 2010-2012, di 2011-2013 ia juga menjabat sebagai WAKA 1 PC IPPNU Bangkalan, hingga 2014-2016 ia dipercayai dan terpilih menjadi ketua PC IPPNU Bangkalan, dan saat itu ia juga sudah menjadi mahasiswa di Universitas Trunojoyo Madura.
Seiring berjalannya waktu, pergerakan, perbaikan dan perkembangan terus dilakukan oleh Saidah beserta kepengurusan PC IPPNU saat itu, dimana jam terbang organisasi dan tanggung jawab sebagai mahasiswa ia harus emban sekaligus demi kemaslahatan pelajar di Bangkalan. Dengan berbagai macam polemik yang ia hadapi, loyalitas dan niat khidmatnya tidak pernah membuat ia melepaskan almamaternya lalu menyerah. Sebagai sosok perempuan tangguh yang menjadi role model perjuangan bagi pelajar putri Bangkalan ia tetap menyeimbangkan tanggung jawabnya baik sebagai seorang anak, seorang mahasiswa dan pemimpin.
Pasca kepemimpinannya selesai di PC IPPNU Bangkalan, ia melanjutkan prosesnya sebagai pengurus di bidang Jaringan Komunikasi dan Informatika di PW IPPNU Jatim 2016-2019. Selang satu tahun purna sebagai kepengurusan PW IPPNU Jatim dan di tengah karir yang sudah mulai melejit ia mengakhiri masa lajangnya sebab dipersunting oleh Lora Abdullah Putra Kiai Mas’udi Suyuthi (salah satu tokoh NU di Kec. Kokop) dan Nyai Mahmudah Faqih.
Setelah pernikahannya dengan Lora Abdullah, Saidah Sabri menetap di kediaman suaminya di Pondok Pesantren Miftahul Munir Kajuanak Galis Bangkalan, dan ia juga melanjutkan khidmatnya sebagai pengurus PC Fatayat NU Bangkalan hinggat saat ini.