Maulid VS Isi Bhârkat

ipnuippnu
Sumber foto instagram infogresik

Pena Pelajar NU- Istilah Bhârkat atau pesangon yang diberikan oleh tuan rumah kepada tamu undangan ketika memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, bukanlah suatu hal yang tabu bagi Masyarakat Indonesia, khusunya Madura.

Bhârkat sendiri merupakan suatu bingkisan yang pada umumnya berisikan makanan siap saji seperti nasi, lauk pauk, serta jajanan tradisional lainnya. Hal tersebut sebagai bentuk hibah atau Shadaqah tuan rumah sebab telah mampu memperingati hari kelahiran Nabi Besar Agung Muhammad SAW.

Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, merupakan salah satu acara sakral umat muslim setiap bulan Rabi’ul Awal. Pasalnya, banyak masyarakat yang rela berjeripayah seperti menabung, menjual perhiasan dan ternak guna bisa memperingati hari lahir Kekasihnya. Sebab hal tersebut menjadi kebanggaan tersendiri. Istilah jengajeh itu sudah biasa menjadi lonceng di telinga, tapi hal tersebut tidak menjadi alasan surutnya semangat dalam memuliakan bulan Maulid.

Baca juga: Martajesah: Gelar Peringatan Maulid Nabi Bersama Masyarakat Bangkalan

Sejalan dengan perkembangan zaman, peringatan maulid seakan-akan tidak lagi terkesan pada pembacaan Shalawat Al-Barzanji, Asraful Anam, Sirah Nabawi dan doa-doa lainnya. Lain daripada hal tersebut adalah isi bhârkat. Kurang lebih 5 tahun terakhir sampai saat ini, banyak isu-isu masyarakat yang mulai ciut memperingati maulid Nabi dengan alakadarnya (sederhana). Hal tersebut berangkat dari sebagian masyarakat dengan perekonomian menengah ke atas yang berupaya memberikan bhârkat lebih dari isian standar, seperti bentuk wadah yang lebih wah, isian bhârkat yang beraneka ragam, seperti kebutuhan pokok minyak, gula, mie instan dan sebagainya.

Tetapi, bagi sebagian orang menganggap bahwa hal tersebut seperti menjadi tolok ukur keberhasilan Maulid, dengan kata lain; Enggak wah enggak Maulid, miris. Kebiasaan semacam di atas terus diberlakukan sampai saat ini, meski pada kenyataannya banyak tokoh masyarakat, Kiai. Memberikan wejangan agar tidak sepatutnya dalam memperingati Maulid Nabi ini berlomba-lomba dalam isian bhârkat, yang memberatkan hati umat dalam bermaulid, sehingga pada akhirnya keikhlasan dari niat awal memuliakan hari lahir Nabi menjadi berkurang.

Pada dasarnya tidak ada tuntutan bagi Umat untuk berlomba-lomba dalam hal tersebut, setiap daerah mempunyai tradisi masing-masing. Bahkan masih banyak di Negara luar sana ketika merayakan Maulid cukup dengan suguhan teh atau kopi, hal itu tetap menjadi baik.

Namun juga tidak masalah dan sangat baik ketika seseorang ingin membuat tasyakuran dengan sangat mewah dan luar biasa, yang reel berangkat dari kemampuannya serta rasa bangga atas kelahiran Nabi Muhammad.

Baca Juga: Peringati Maulid Nabi, PAC Muslimat NU Kokop Gelar Lomba Syair Madura

Tujuan utama dari peringatan maulid ini adalah memuliakan, mengingat kembali perjuangan baginda Rasulullah SAW, agar kelak dapat diakui sebagai umatnya dan memperoleh syafaatnya di akhirat. Prihal isian bhârkat hal tersebut kembali kepada kemampuan masing-masing, sebuah perbuatan yang berangkat dari kebiasaan atau budaya tertentu tidak sepatutnya menjadi pembatas atas keridhoan hati umat.

Oleh: Lie

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *