MAUT Sebagai Strategi Akhir dari Kehidupan Dunia

ipnuippnu

Pena Pelajar NU – Kematian merupakan ambang terakhir dari kehidupan makhluk di dunia, kematian hal yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. Kematian sering disebut kiamat kecil atau kiamat sugra, sebagai manusia tidak ada yang mengetahui kapan kematian akan terjadi, dalam Al-Qur’an Allah SWT hanya menjelaskan tentang adanya perjanjian antara manusia dengan Rabb-Nya serta proses penciptaan manusia, namun tidak menjelaskan kapan makhluk akan mati.

Sebagai manusia boleh menyusun rencana/strategi sebaik mungkin untuk mencapai impian dan harapan di atas muka bumi ini. Namun, jangan sampai lupa, tercapai atau tidaknya impian-tujuan di dunia ini, kematian adalah hal nyata adanya yang terus mendekati.

Allah menjadikan kematian sebagai hal yang pasti dialami oleh setiap makhluk hidup. Seorang hamba tidak mungkin dapat menghindar dari yang namanya mati. Dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-‘Ankabut: 57 yang berbunyi

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ ثُمَّ اِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan”

Ayat tersebut mengingatkan bahwa setiap yang bernyawa akan mengalami kematian dan kehidupan di dunia ini hanya sementara.
Dalam ayat tersebut sudah jelas bahwa sesulit apapun ancaman yang dihadapi, semua akan diganjar sesuai dengan amal perbuatannya, karena sudah dipastikan setiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian, setelah kematian seseorang akan dibangkitkan dan kepada-Nya segala sesuatu akan dikembalikan.

Lalu, sebagai manusia apa bekal yang akan dibawa untuk menghadapi kematian?
Pertanyaan tersebut sering kali didengar. Lalu, bekal apa yang sudah dipersiapkan?

Sering juga ditemui, kemarin tertawa riang, bergurau dengan kawan-kawan namun hari ini berita kematiannya terdengar dimana-mana. Itulah hal yang tidak bisa diduga sebelumnya. Jangan terlena dengan strategi yang dirancang dengan apik, karena ajal seseorang juga telah ditentukan secara pasti, yang dijelaskan dalam Surah Al-A’raf: 34 yang berbunyi

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌ فَاِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْ خِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ

“Setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Jika ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak dapat (pula) meminta percepatan”

Ayat di atas mengisyaratkan bahwa apa yang mereka lakukan akan merugikan diri sendiri. Allah telah menyiapkan waktu bagi seluruh makhluk di dunia. Bahwa mati adalah akhir dari rancangan yang seharusnya dipersiapkan.

Ditegaskan juga dalam hadist bahwa kematian akan datang kapan saja

عن عائشة رضي اللَّه عنها: أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اُمِّي افْتُلِتَتْ نَفْسُهَا، وَأِظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ، فَهَلْ لَهَا اِجْرٌ اِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا؟ قَالَ: نَعَمْ.

Artinya: Aisyah mengatakan bahwa seorang laki-laki berkata pada Nabi, “Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia dengan mendadak. Aku menduga seandainya ia berkata, niscaya ia bersedekah. Apakah dia berpahala jika aku bersedekah atas namanya?” Beliau bersabda, “Ya.” (Al-Bukhari, 1992, 423).

Sudah jelas bahwa seseorang tidak tau kapan ajalnya akan datang, hal tersebut merupakan perkara yang dirahasiakan. Maka dari itu, Rasulullah memerintahkan umatnya untuk segera mungkin melakukan ketaatan, yakni dengan memanfaatkan waktu yang ada untuk berbuat kebaikan.

Hal yang harus kita ingat, batas waktu seseorang telah ditentukan, dengan adanya kesempatan untuk hidup dan bernafas, maka maksimalkan diri agar bermanfaat untuk orang lain. Sebagai manusia sepatutnya bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, sebab tidak ada satu orangpun yang mengetahui kapan ajal datang menjemput kita.

Referensi: Jurnal Shahih, Hakikat kematian dalam Al-Qur’an

Oleh: Mie

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *