Pena Pelajar NU- Nyai Umrah Machfudzoh merupakan sosok perempuan inspiratif dalam genggaman Nahdlatul Ulama, ia lahir di Kabupaten Gresik pada 4 Februari 1936. Nyai Umrah merupakan keturunan dari pasangan KH. Wahib Wahab dan Hj. Siti Channah, beliau adalah cucu dari pendiri Nahdlatul Ulama sekaligus Rais Aam PBNU (1946-1971)
Sebagai sosok yang lahir ditengah-tengah ulama berpengaruh, bagi Nyai Umrah bukanlah hal yang harus dibanggakan, melainkan hal tersebut adalah tanggung jawab besar yang harus ia emban. Ia menghabiskan masa kecilnya di Pondok Pesantren, khusunya di Pondok Pesantren Tambakberas Jombang, tempat dimana sang ayah dilahirkan.
Sejak dini, Nyai Umrah sudah terbiasa dibangun dengan sifat kemandirian, berangkat dari tanggung jawab sebagai anak pertama dari lima bersaudara, ia mengawali pendidikan di kota kelahirannya. Tidak sampai disitu, Umrah Machfudzoh terus melanjutkan pendidikannya sampai sekolah menengah, atas bekal kemandirian yang telah dibangun sejak usia dini, ia memiliki keinginan kuat untuk berproses diluar, yakni di Surakarta, di sana ia diterima sebagai siswa SGA (Sekolah Guru Agama)
Ketika dunia politik mulai membeberkan sayap pengaruhnya pada pertengahan tahun 50-an, Nyai Umrah bertekad untuk terjun sebagai seksi Keputrian Pelajar Islam Indonesia (PII) yang berafiliasi pada Masyumi. Namun sejak berdirinya Nahdlatul Ulama partai politik kisaran tahun 1952, Umrah mulai aktif di organisasi-organisasi dilingkungan NU.
Sembari nyantri di Pondok Pesantren asuhan KH. Masyhud dan Nyai Syuaibah (Pp. Al-Masyhudiyah Keprabon Solo), ia juga giat mengajar di Perguruan Tinggi Cokro Surakarta. Keaktifan Nyai Umrah di Organisasi lingkup NU, menjuruskan ia menjadi wakil ketua Cabang Fatayat NU Surakarta. Semangat yang membara dalam diri Nyai Umrah mengantarkan ia terhadap kesadaran bahwa pentingnya membangun organisasi di kalangan pelajar, khususnya untuk mewadahi para pelajar putra-putri NU.
Pada tahun 1954, berdirilah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) sebagai organisasi yang mewadahi para pelajar putra NU. Dimana hal tersebut seakan menjadi jembatan akan perjuangan Umrah dan kawan-kawan untuk mendirikan organisasi serupa sebagai wadah pelajar putri NU. Gagasan tersebut ia tuangkan lewat diskusi bersama para putri NU di Muslimat NU. Kegigihan Umroh memperjuangkan pendirian IPNU-Putri membawanya duduk sebagai Ketua Dewan Harian (DH) IPPNU. DH IPPNU adalah organ yang bertindak sebagai rahim pendirian sekaligus pelaksana harian organisasi IPPNU.
IPPNU lahir dari diskusi antar para pelajar putri NU di SGA Surakarta. Diskusi tersebut mengangkat tentang keputusan Mukhtamar NU ke-20. Dimana butuhnya organisasi pelajar dikalangan Nahdliyat, maka diusulkanlah IPNU untuk pelajar putri, dan hal tersebut menjadi jalan berdirinya Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).
Baca Juga : Napak Tilas Sejarah IPNU-IPPNU
Berangkat dari sebuah riwayat perjalanan sebagai seorang aktivis, Nyai Umrah dipertemukan dengan sosok pejuang yang sama-sama bergiat dalam organisasi dibawah naungan Nahdlatul Ulama, yaitu KH. Tolchah Mansoer, beliau merupakan pendiri sekaligus ketua pertama IPNU. Saat itu KH. Tolchah belum menyandang gelar sarjana, namun ia telah berani mempersunting Nyai Umrah, dan pernikahan tersebut berlangsung pada tanggal 05 Desember 1957.
Oleh : Lie
Mantap