Toxic Parents, Sebabkan Generasi Cacat Moral

ipnuippnu
Sumber foto : Kasadar.com

Pena Pelajar NU- Anak merupakan salah satu anugrah Tuhan, yang diamanahkan kepada orang tua untuk di rawat dan di besarkan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Memberikan kenyamanan dan ketenangan terhadap diri seorang anak merupakan senjata yang mampu menjadi tameng bagi kesehatan mental dan psikis anak.

Sebagai orang tua dengan segala tanggung jawab yang diemban, perhatian dan kasih sayang bukan lagi hal yang seharusnya dianggap sebagai beban. Mengingat, pola asuh yang diberikan oleh orang tua menentukan karakter anak ketika dewasa.

Anak yang tumbuh dilingkungan keluarga yang positif dan suportif akan menghasilkan anak lebih dewasa, mandiri dan ceria, serta mampu mengolah kadar emosional dirinya. Sebaliknya, anak yang hidup dan dibesarkan dilingkungan toxic parents (orang tua yang toxic) akan menghasilkan anak yang berjalan atas kehendak orang tua.

Sumber foto : Pregnancy Pedia

Toxic parents merupakan pola asuh yang keliru dan tampa sadar dapat melukai mental dan psikis anak. Toxic parents umumnya dilakukan oleh orang tua yang memiliki kepribadian kasar, minimnya pengetahuan dan gangguan mental, namun tidak dapat dielakkan bahwa toxic parents juga dapat dilakukan oleh orang normal, seperti orang tua yang over ambisi akan masa depan anaknya. Hal tersebut dapat merusak dan meracuni psikologis anak. Jenis toxic parents yang kedua ini lebih berbahaya, sebab tidak terlihat dengan kasat mata serta jarang disadari oleh para orang tua.

Toxic parents apa hubungannya dengan Cacat Moral?
Dalam kajian filsafat moral dikenal teori hasrat Rene Girard, yang biasa dikenal dengan hasrat segi tiga. Manusia dilengkapi hasrat. Bahkan hasrat ini diperlukan demi memperoleh pengakuan. Selain berhasrat, pada sisi lain juga berharap dihasratkan orang lain. Hal ini di sebut sebagai modeling. Seseorang melihat model, dan seseorang bisa saja menjadi model. Filsuf moral menempatkan model ini sebagai mediator.

Pemikiran itu dibawa ke dalam kehidupan riil, bahwa hasrat seseorang tidak muncul dengan sendirinya, tetapi ada model yang dijadikan pijakan. Maka tatkala model mengabaikan moralitas, subyek pun merasa wajar mengikuti model untuk berbuat serupa.

Prilaku toxic parents tidak menutup kemungkinan menjadi model bagi seorang anak, sehingga anak menjadi pribadi yang memiliki disabilitas moral (Cacat Moral) yang mengacu pada perilaku anak diluar kendali akal, tidak sesuai norma, dan condong pada sifat buruk. Maka dari itu, sudah menjadi tanggung jawab orang tua dalam mendidik anaknya secara sadar, tidak memaksa kehendak, dan mampu mengarahkan setiap keinginan anak kepada jalan yang semestinya, sehingga anak tidak terjerumus pada hal yang tidak di Ridhai Allah SWT.

Hal tersebut sejalan dengan firman Allah SWT dalam ayat suci Al-Qur’an.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At Tahrim: 6)

Ciri umum perilaku toxic biasanya sering membicarakan keburukan anak dihadapannya, membentak anak dengan kasar, membanding-bandingkan anak dengan orang lain, pilih kasih, dan egoisatas kehendak diri sendiri tanpa melihat kemampuan dan keinginan anak. Representasi perilaku semacam di atas sangat berpengaruh terhadap mental seorang anak.

Syekh Muhammad Amin Al-Alawi dalam Al-Kaukab Al-Wahhaj Syarah Shahih Muslim menjelaskan bahwa hendaknya para orang tua tidak menyakiti anak-anak mereka.

Rasulullah SAW menganjurkan para orang tua agar berbuat adil dan tidak menyakiti hati anak-anak mereka karena pilih kasih. Sebab pilih kasih kebanyakan adalah salah satu sebab pemicu pemutus silaturahmi anak dengan orang tua dan pangkal permusuhan saudara.

Oleh: Lie

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *