Pendiri IPNU Asli Darah Bangkalan? Begini Sejarahnya

ipnuippnu
(PENA/Khoirul Umam) foto pendiri IPNU

Pena Pelajar NU- Sudah tidak asing lagi bagi para pelajar tentang sosok kiai yang mendapatkan gelar Profesor di kalangan Nahdlatul Ulama, Yaitu Prof. Dr. KH. Moh. Tolchah Mansoer, ia merupakan pendiri (IPNU) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama yang mana saat ini sudah diikuti oleh Pelajar NU dari berbagai belahan dunia. Yang tak kalah penting dari catatan biografi beliau yakni tercatatnya KH. Tolchah sebagai pemilik darah asli Bangkalan Madura, lebih tepatnya di daerah Blega.

Jagalan merupakan salah satu kampung di daerah Malang yang berpusat di selatan Pasar Besar Malang. Di kampung tersebut merupakan tempat bapak Mansoer mencari rezeki sebagai pedagang kecil perantauan dari Madura, tepatnya berasal dari Blega, Bangkalan. Sebagai seorang bapak, Mansoer sangatlah gigih dalam berdagang hanya untuk menyekolahkan putra-putrinya.

Pada suatu ketika, bapak Mansoer yang berjualan di Pasar Besar Malang, beliau berkenalan dengan Siti Nur Khatidjah seorang Janda dari Madura yang sering disebut Nurtijah. Nurtijah juga sebagai pedagang di Pasar Besar Malang, ia menjual kain dan pakaian. Sebelumnya Nurtijah merupakan anak dari pedagang besar Madura. Sekalipun dari kalangan ningrat ia tidak menutup diri untuk bergaul dengan siapapun.

Sebagai seorang janda, Nurtijeh telah memiliki satu orang anak yang bernama Usman Mansoer, melalui perkawinan pertamanya dengan Raden Jamaluddin Krama Asmara, yang juga termasuk keluarga dari kerajaan Bangkalan Madura. Seiring berjalannya waktu keduanya bercerai dan Nurtijah memutuskan untuk merantau ke Jawa bersama buah hatinya.

Suatu ketika setelah sampai di Malang, Nurtijah tidak mempunyai nasib yang baik karena kapal dagangan yang ia kirim keluar daerah tenggelam dihantam ombak. Oleh karena itulah ia mengalami kerugian yang sangat besar. Kemudian Ia menjual sisa dagangannya di Kios Pasar Besar Malang.

Pasar Besar Malang ini manjadi sentral pertemuan bapak Mansoer dengan ibu Nurtijah, yang mana keduanya berasal dari daerah yang sama yaitu Blega, Bangkalan. Beliau berdua merasa memiliki nasib yang sama diiringi dengan rasa simpati satu sama lain. Pertemuan tersebut berlangsung pada pernikahan kisaran tahun 1927.

Usai bapak Mansoer dengan ibu Nurtijah menjadi suami istri, beliau kemudian dikaruniai 3 orang anak, yaitu: Ahmad (meninggal sejak bayi), Tolchah dan Mardhiyah. Kedua anak tersebut merupakan sosok yang cerdas dan cekatan.

Tolchah merupakan salah satu anak yang tidak menyia-nyiakan waktu kecilnya. Sejak kecil, ia sudah mulai gemar membaca dan belajar, bahkan sering membaca buku-buku kakaknya (Usman) sekalipun bukan tingkatannya. Tolchah kecil juga senang bermain, namun tidak meninggalkan kebiasaan membacanya, sampai ia mempunya julukan kutu buku.

Baca Juga: Mengenal Sosok Aktivis Sekaligus Tokoh Pendiri IPNU: Prof. Dr. KH. Tolhach Mansoer

Setelah tamat dari sekolah Taman Madya dan Taman Dewasa Raya, Tolchah mendapatkan ijazah persamaan dari SMA Negeri Malang. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di UGM (Universitas Gajah Mada) Yogyakarta. Selain menjadi Mahasiswa akademis, ia juga memilih untuk menjadi mahasiswa organisatoris.

Selang beberapa waktu kemudian Tolchah muda bersama mahasiswa NU lainnya merintis IPNU. Ia terpilih sebagai pemimpin IPNU hingga tiga periode, disaat itulah ia mencetak dirinya untuk menjadi pemimpin. Tolchah merupakan sosok pemuda yang memiliki idealisme tinggi, sebab inilah berdirinya organisasi pelajar di lingkungan Nahdlatul Ulama.

Oleh : Khoirul Umam || Editor : Lie

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *