Pena Pelajar NU- Muhammad Iqdam Khalid atau yang kerap dikenal dengan sebutan Gus Iqdam, merupakan sosok pendakwah milenial NU yang akhir-akhir ini namanya sedang berseliweran di laman fyp Tiktok dan YouTube Short . Lewat cara dakwahnya yang khas, gus Iqdam sering di sebut pendakwah milenial yang suaranya mirip dengan Gus Kautsar Ploso Kediri.
Gus Iqdam merupakan pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Hikam II, Karanggayam, Srengat Kabupaten Blitar Jawa Timur. Di usianya yang belum mencapai 30 tahun, ia memulai aktivitas dakwahnya melalui Majelis Sabilu Taubah yang didirikan pada akhir 2018, yang sampai saat ini berhasil menyedot perhatian publik.
Gus Iqdam lahir pada tanggal 27 September 1994, ia merupakan putra dari pasangan KH. Kholid dan Ny. Hj Lanratul Farida dan merupakan anak terakhir dari keempat bersaudara. Selain itu pria asal Blitar tersebut juga merupakan alumnus Ponpes Al Falah Ploso Kediri Jawa Timur.
Pada tahun 2021 ia mengakhiri masa lajangnya dan menikah dengan Ning Nilatin Nihayah, seorang putri dari Alm. KH. Thoha Widodo Zaini Munawwir, pendiri Ponpes Lirboyo Kediri. Dari pernikahan Gus Iqdam dan Ning Nihayah telah dikaruniai seorang putra bernama Ahmad Novel Zubaidi Al Munawwir atau yang akrab di sebut Gus Novel
Berawal dari didirikannya Majelis Ta’lim Sabilu Taubah pada Desember 2018, gus Iqdam memulai rutinitas dakwahnya dengan jamaah kisaran 7 orang. Namun, selang berapa tahun Majelis Ta’lim tersebut sudah banyak dikenal dan viral dikalangan milenial, hingga sampai mencapai ribuan jamaah.
Ia sengaja memberikan nama Mejelis Ta’lim tersebut dengan nama Sabilu Taubah yang artinya jalan taubat, sebab jamaah di dalamnya tidak hanya berfokus pada santri, orang berpengetahuan atau bahkan orang sudah tidak asing terhadap ilmu agama. Melainkan banyak dari kalangan jamaah tersebut adalah orang-orang luar yang bahkan sama sekali tidak paham ilmu agama.
Gus Iqdam menghadirkan majelisnya sebagai tempat mengaji bagi orang-orang yang berideologi jalanan, marginal, dan kerap berurusan dengan dunia kriminal. Dengan ciri khas dakwahnya yang lemah lembut, sopan dan lucu, gus Iqdam mencoba untuk mengajak mereka agar mau mengaji bersama-sama.
Ia mengibaratkan ngaji sebagai bensin yang sangat dibutuhkan mobil atau motor untuk menggerakkannya. Sebab bagaimana mobil bisa bergerak jika tidak ada bensin, sebagaimana raga apakah bisa bergerak menjadi baik jika tidak mengaji? Ia menjelaskan bahwa ngaji menjadi salah satu cara untuk mengatur jiwa, mengolah pikiran dan ruhani.
Oleh: Lie || Redaktur Pena Pelajar NU